Dialek Arekan: Dialek ini merupakan ciri khas dari wilayah Lamongan, Jombang, Mojokerto, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, dan Malang Raya. Dialek Arekan terkenal dengan logatnya yang tinggi, tegas, dan terkadang terdengar kasar namun egaliter. Ciri khas ini mencerminkan karakter masyarakat Arekan yang egaliter dan dinamis.
Dialek Mataraman: Dialek Mataraman terbagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu Mataraman Kulon, Mataraman Pesisir, dan Mataraman Wetan. Dialek ini mencakup sebagian besar wilayah Jawa Timur, termasuk daerah seperti Ngawi, Madiun, Ponorogo, Pacitan, Bojonegoro, Tuban, Nganjuk, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi. Dialek Mataraman memiliki nuansa yang lebih halus dibandingkan dialek Arekan dan mencerminkan tradisi budaya Jawa yang lebih konservatif.
Pendalungan: Pendalungan adalah daerah di mana terjadi pertemuan budaya dan bahasa antara orang Jawa dan Madura. Wilayah ini mencakup Probolinggo, Lumajang, Situbondo, Bondowoso, dan Jember. Interaksi antara kedua budaya ini menghasilkan budaya dan dialek baru yang unik. Pendalungan sering kali dianggap sebagai cerminan dari keragaman dan toleransi budaya di Jawa Timur.
Bahasa Madura: Bahasa ini dituturkan oleh sekitar 17,53% penduduk Jawa Timur dan tersebar luas di Pulau Madura serta beberapa wilayah daratan seperti Surabaya, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, Bondowoso, Lumajang, Jember, dan Banyuwangi. Bahasa Madura memiliki pengaruh yang kuat di wilayah-wilayah ini dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Osing (Blambangan): Dialek ini tersebar di bagian tengah dan timur Banyuwangi, beberapa desa di Kabupaten Jember, serta sebagian Bondowoso dan Situbondo. Osing masih mempertahankan arkaisme bahasa Jawa dengan lafal O yang khas. Dialek ini mencerminkan identitas budaya masyarakat Osing yang unik.
Dialek Tengger: Dituturkan di kawasan Pegunungan Tengger, yang mencakup sebagian wilayah Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang. Dialek Tengger juga mempertahankan banyak arkaisme bahasa Jawa, yang menunjukkan keunikan dan keterkaitan sejarah dengan kebudayaan Jawa kuno.
Bahasa Bajo/Bajau: Bahasa ini dituturkan di Pulau Sapeken dan pulau-pulau sekitarnya di Kepulauan Kangean, yang secara administratif masuk dalam Kabupaten Sumenep. Bahasa Bajo/Bajau mencerminkan keragaman etnis dan bahasa yang ada di wilayah kepulauan Jawa Timur.
Peta distribusi ini memberikan gambaran yang kaya tentang keragaman bahasa dan dialek di Jawa Timur serta menggambarkan kompleksitas interaksi budaya di wilayah tersebut. Ini menunjukkan betapa dinamisnya sejarah dan kebudayaan di provinsi ini.
